Rabu, 04 Maret 2015

Sejarah Asal Mula Batu Akik



Sejarah Asal Mula Batu Akik
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PAMERAN BATU AKIK - Peserta pameran memperlihatkan beragam batu akik pancawarna Bungbulang, Garut koleksinya yang akan dijual di stan Rajawali Gemstone dalam acara Gem Stone Festival di Gedung RRI Bandung, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (24/2/2015). Pameran yang menghadirkan puluhan stan tersebut diserbu ribuan pengunjung pecinta batu akik. 
SIAPA yang tidak kenal dengan batu akik? Batu akik memiliki bahasa ilmiah yakni gemstone (batu mulia) atau precious stone (batu setengah mulia). Seperti yang dijelaskan oleh Kemala Wijayanti selaku asisten dosen dari Fakultas Teknik Geologi, batu akik sebetulnya mineral yang keterbentukannya dari pembetukan magma. Karena terbentuknya memiliki perbedaan tempat, kedalaman, dan pembekuannya, maka dari itu jenis dan warnanya beragam karena memiliki ikatan kimia yang beda di setiap batunya.
"Jadi, yang mempengaruhi warna dan kekerasannya itu bisa dari temperatur keterbentukannya, komposisi kimia magma dan tekanan,"tuturnya.
Beberapa tahun yang lalu, kegemaran masyarakat mengoleksi dan 'menggosok' batu ini mulai mewabah lagi setelah beberapa saat sempat tak pernah terdengar. Dimana-mana, hampir semua orang pasti membicarakan batu yang satu ini, mulai dari warna-warna batu tersebut sampai dengan harga pasarannya. Akibat Nge-trend nya batu ini, menjadikan trotoar yang biasa digunakan untuk berjalan kaki, kini beralih fungsi menjadi tempat berdagang batu akik.
Mungkin, di antara kalian sering melihat atau menemukan pemakai batu berwarna unik ini oleh kakek atau ayah kalian. Namun sekarang, dengan gencarnya media memberitakan tentang batu akik, membuat 'demam' ini meradang ke segala penjuru usia. Sekarang tak aneh lagi jika anak yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas, memakai batu alam tersebut untuk sebuah aksesori.
Seperti yang dialami Hilma (17) yang memakai cincin batu akik berwarna merah terang. Rasa penasaran Hilma pada batu akik diawali dengan melihat ayah dan saudaranya memakai batu tersebut dan akhirnya ia pun turut mengoleksi batu tersebut sejak dua bulan lalu.
"Katanya kan batu ini ada khasiatnya dan jadi ngerasa jadi lebih percaya diri," tutur siswa kelas 12, SMAN 8 Bandung ini disela-sela kegiatan sekolahnya.
Sama halnya dengan Gama (19) yang juga gemar mengoleksi batu akik sejak empat bulan lalu. Gama menuturkan bahwa batu akik yang ia pakai kebetulan adalah batu turun temurun dari sang kakek. Gama yang juga siswa kelas 12 di SMAN 8 Bandung ini mengatakan, dengan memakai cincin berbatu akik terlihat lebih elegan.
"Kalau cincin lain hanya bentukan dari besi, kan kalau batu akik itu dari batu asli jadi terlihat lebih keren," katanya.
Dr. Zaenal Abidin, M.SI, dosen dari Fakultas Psikologi Unpad mengatakan, demam batu akik jika dilihat dari kacamata psikologi termasuk sebagai penularan perilaku.
"Katakanlah kita ada disebuah tempat yang sedih, kita juga akan terbawa yang sedih," jawabnya memberi contoh.
Penularan perilaku ini, menurut Zaenal yang diwawancarai via telepon pada Selasa (3/3) adalah hal yang wajar. Zaenal berpendapat bahwa ada hal positifnya karena bisa menaikan ekonomi rakyat. Tetapi, tambahnya, dalam penularan perilaku ini masyarakat Indonesia cenderung hanya meniru-niru. "Sebentar lagi juga melempem," katanya.(tj1)
sumber: tribunnews.com
 

0 komentar:

Posting Komentar